Ada beberapa penyakit yang membuat pengidapnya merasa malu. Parahnya, banyak orang yang tak menyadari bahwa hal tersebut harus diatasi dari sudut pandang kesehatan. Berikut adalah gangguan-gangguan kesehatan yang paling memalukan.
Bau Nafas
Nafas yang berbau merupakan masalah kesehatan yang sangat mengganggu. Penyebabnya adalah dehidrasi , gigi yang buruk, infeksi dari permen karet ataupun terlalu banyak menenggak alkohol.
Masalah di tenggorokan dan sinus juga bisa menyebabkan bau nafas. Cara penyembuhannya adalah dengan membeli pasta gigi baru, sikat lidah saat menggosok gigi. Tingkatkan aliran air liur dengan tidak merokok, mengurangi konsumsi kopi dan memperbanyak meminum air putih juga dapat mengurangi bau nafas Anda.
Masalah Kulit
Beberapa masalah kulit seperti jerawat dan kulit gatal-gatal akan membuat Anda minder. Banyak perempuan menghabiskan sebagian uangnya hanya untuk merawat kulitnya agar terhindar dari gangguan kesehatan yang memalukan ini.
Keringat Berlebih
Gangguan ini disebabkan oleh obesitas, memakan terlalu banyak makanan pedas ataupun gangguan ini terjadi karena memasuki masa puber. Satu-satunya cara mengatasinya ialah dengan berdiet dan mengurangi konsumsi makanan yang pedas.
Impoten
Gangguan ini jelas sangat memalukan bila diketahui oleh orang lain. Salah satu penyebabnya adalah adanya masalah pada arteri darah di bagian genital. Pergilah ke dokter dan berkonsultasi untuk mengembalikan keperkasaan Anda.
Penyakit Menular Seksual
Banyak jenis penyakit menular kelamin yang dapat dialami perempuan ataupun laki-laki. Penyebab penyakit ini ialah virus-virus yang berkeliaran di sekitar kelamin.
Biasanya pengidapnya adalah orang yang jorok ataupun sering melakukan hubungan seks dengan sembarang orang. Penyakit seksual menular dapat meningkatkan terjangkitnya pengidap dengan virus HIV.
Saturday, July 11, 2009
5 Gangguan Kesehatan Paling Memalukan
Keyboard Komputer Mengganggu Kesehatan
SYDNEY - Rendahnya penetrasi komputer di beberapa negara di dunia membuat kondisi satu komputer terpaksa digunakan oleh beberapa orang, tak terelakan.
Tapi tahukah Anda, bahwa berbagi keyboard di komputer dapat mengganggu kesehatan anda? Baru-baru ini peneliti dari Swinburne University of Technology (SUT), Australia mengungkapkan bahwa keyboard komputer merupakan tempat paling baik untuk bakteri sejenis Staphylococcus aureus.
Bakteri tersebut, merupakan bakteri penyebab impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung di bawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada wanita-wanita yang menyusui, bahkan bakteri yang dikenal dengan nama Staph dapat berakibat pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara.
Kebanyakan keyboard yang menjadi tempat berlindung Staph adalah komputer-komputer di kampus atau komputer yang sering digunakan oleh banyak orang.
"Banyaknya pengguna, seperti di laboratorium komputer merupakan tempat perkembangbiakan yang baik bagi sejumlah organisme, ada baiknya komputer-komputer selalu dibersihkan secara rutin untuk menghindarinya," kata peneliti SUT, Enzo Palomo Seperti dilansir Times of India.
Penelitian mengenai bahaya berbagi keyboard dipublikasikan pada American Journal of Infection Control edisi Juli 2009.
Radiasi dan Zat Kimia Picu Leukemia Kronis
SEL DARAH PUTIH dalam jumlah normal berfungsi sebagai tentara tubuh untuk melawan penyakit. Pada leukemia,sumsum tulang menghasilkan sel darah putih yang sangat banyak sehingga mendesak sel sehat lain. Masyarakat mengenal leukemia sebagai kanker darah.
Leukemia memang merujuk pada suatu kelompok penyakit darah yang ditandai dengan keganasan alias kanker pada jaringan-jaringan yang memproduksi darah. Keganasan ini bisa bersumber dari sel darah putih, sel darah merah, keping darah (trombosit), ataupun myeloid (sel yang terdapat dalam sumsum tulang).Dengan kata lain, leukemia merupakan jenis kanker yang dapat memengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening (limpa). Secara umum, leukemia dikelompokkan dua, yakni bentuk akut (pertumbuhan cepat) dan kronis (pertumbuhan lambat).
Menurut dokter spesialis Hematologi dan Onkologi Medis, Prof Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro, leukemia akut yang tidak diobati dapat menyebabkan kematian dalam tempo sebulan, disebabkan infeksi atau perdarahan hebat.
Lebih menyedihkan lagi, leukemia akut banyak terjadi pada balita dan anak-anak. Sementara pada leukemia kronis, perkembangan penyakit berlangsung lambat dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan pada sistem sel lainnya dalam tubuh.
"Itulah sebabnya, saat tes darah, pasien leukemia kronis mungkin saja menunjukkan hemoglobin dan trombosit yang normal," ungkap Arry saat peluncuran Novartis Oncology Access (NOA) di Jakarta belum lama ini.
Kendati tidak secara langsung atau cepat menyebabkan kematian, tanpa penanganan tepat pasien dengan leukemia kronis bisa sangat menurun kualitas hidupnya. Arry mencontohkan, leukemia kronis yang berasal dari granulosit (salah satu jenis sel darah putih) menyebabkan penderita rentan terkena serangan penyakit.
"Granulosit yang terdapat di bawah kulit dan mukosa berfungsi sebagai lini terdepan dalam melawan infeksi. Kalau granulosit ini tidak ada atau menjadi abnormal, seseorang tidak lagi memiliki perlindungan pada lini pertama," papar Ketua Bakornas Hematologi Onkologi Medis dan Penyakit Dalam Indonesia itu.
Salah satu jenis leukemia yang dapat mengakibatkan kematian dan membutuhkan perawatan intensif adalah leukemia myeloid kronis (chronic myeloid leukemia/CML). Penyakit ini mengenai 1-2 orang per 100.000 penduduk setiap tahun, dengan kisaran usia rata-rata 45-55. Terjadinya CML melibatkan proses hematopoiesis, yakni formasi elemen-elemen sel darah yang dibentuk di sumsum tulang.
"CML merupakan penyakit proliferatif, di mana terjadi pembelahan sel yang terus menerus secara progresif sehingga tak terkendali," tutur staf medis dari Novartis,dr Dini Arini.
Ketidaknormalan gen kromosom, yang dikenal sebagai kromosom Philadelphia,disinyalir sebagai penyebab utama kemunculan CML. Menurut Dini, paparan radiasi yang sangat tinggi atau zat kimia industri (semisal benzena dan formaldehida) juga menjadi faktor risiko yang patut diwaspadai.
Sekadar informasi, di Indonesia terdapat sekitar 250 pasien leukemia granulositik kronis (LGK) dan CML. Dari jumlah tersebut, hampir separuhnya berada di Jakarta, dengan tingkat polusi tinggi. Seseorang dinyatakan menderita CML apabila hasil pemeriksaan menunjukkan perbanyakan progresif sel darah putih, kromosom Philadelphia positif (Ph+), dan BCR-ABL positif (BCR-ABL+).
BCR-ABL merupakan sejenis protein aktif tyrosine kinase yang tidak normal. Pada pasien CML, protein inilah yang merangsang sel untuk terus membelah atau berproduksi sehingga berlebih. Itulah sebabnya, salah satu terapi bertarget (targeted therapy) ditujukan menghambat kinerja BCR-ABL.
Sayangnya, pemeriksaan BCRABL masih terbilang mahal, sekitar Rp750.000-Rp1 juta. Kendati kerap tak bergejala (asimtomatik), CML biasanya dicirikan dengan adanya pembesaran limpa.Hal ini juga didukung dengan hasil laboratorium yang menunjukkan data seperti peningkatan sel darah putih dan sel darah merah, kurang darah, dan basophilia (basofil meningkat).
Adapun beberapa gejala umum yang dirasakan pasien di antaranya lemah badan, kelelahan (fatigue), berat badan menurun, dan rasa penuh pada perut.
Hingga kini, pasien CML biasanya diberikan Imatinib, satusatunya terapi yang disetujui untuk digunakan pasien yang baru didiagnosis menderita Ph+ CML, dan berada dalam fase kronis setelah gagal menggunakan terapi interferon-alpha atau pada fase akselerasi atau krisis blast.
Berdasarkan hasil uji klinis IRIS (International Randomized Interferon versus ST1571) selama 60 bulan, Imatinib memiliki tingkat keberhasilan 83 persen setelah penanganan selama 60 bulan. Sayangnya, harga obat ini masih sangat mahal, sekitar Rp11,5 juta per boks (isi 60 tablet). Padahal, pasien harus mengonsumsi empat tablet per hari atau dua boks per bulan.